Selasa, 16 April 2013

mengapa kenyataan dan rencana berbeda??


Siang hari ini, ‘Aisy dan kedua temannya akan pergi ke kota untuk mengisi hari libur.  Di suatu simpang, Deva dan Sabilah sudah lama sekali menunggu ‘Aisy datang.  Tak lama kemudian, ‘Aisy pun akhirnya datang juga dan tersenyum seolah-olah dia tidak punya salah dengan dua sahabatnya yang dari tadi menunggu kedatangannya. ‘Aisy pun berkata, “hey semua,,, maaf ya aku telat. Habis tadi angkotnya lama kali. Sorry yaaa.” Deva pun berkata, “iya iya,, ya sudah let’s go,nunggu apa lagi?? Udah panas ini.”
 Mereka bertiga pun pergi dan turun di tanah lapang. ‘Aisy yang memang tidak tau apa rencana Deva, dia pun bertanya, “Dev, kita mau kemana ini?”
“iya ini Deva gak mau ngasih tau.” Sabilah menimpali.
“mau mengembalikan kasetnya Fajar.” Jawab Deva santai.
     “apa?? Fajar??” ‘Aisy terkejut mendengar nama Fajar, dia tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan orang yang sangat diharapkan.  Karena Fajar adalah orang yang sangat istimewa dalam hatinya. “ya udah, nunggu apa lagi?” sambung ‘Aisy yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan pria idaman.
Dengan hati berbunga dan wajah ceria, ‘Aisy dan kedua temannya pergi ke Timbung city. Perjalanan yang ditempuh dengan jalan kaki dari tanah lapang ke Timbung city bisa dibilang cukup jauh.  Akan tetapi, dengan hati yang penuh harap semua itu tidak menjadi masalah bagi ‘Aisy.  Hal itu malah sangat menyenangkan dan pasti mengesankan.

Sesampainya di Timbung city......

“kita mau kemana lagi ini?” tanya Sabilah.
“sabarlah sayang, aku masih sms Fajar ini.” Jawab Deva. “dia lagi ada di dekat kolam masjid. Dimana itu?” sambung Deva.
“hm kolam masjid ya? Ya sudah lah kita cari, masih daerah sini aja kok.” Jawab ‘Aisy sambil berpikir.
Setibanya di dekat kolam, mereka berhenti. “sebentar ya, aku cari dulu.” Kata Deva. Beberapa saat kemudian, “ ‘Aisy,Sabilah,,, gak ada pun Fajarnya.” Sambung Deva.
Akan tetapi, ‘Aisy tidak percaya dan dia mencari Fajar dengan penuh harap.  Ternyata Fajar ada di jembatan kolam tersebut sedang melihat ikan-ikan berenang.  “itu Fajar.!!” ‘Aisy memberitahu pada Deva dan Sabilah.
“kau lah ‘Aisy yang mengembalikan kasetnya.  Katanya kamu ingin ngobrol-ngobrol sama dia.” Pinta Deva pada ‘Aisy.
“ah gak mau lah, lagi males aku.” Tolak ‘Aisy.
Karena ‘Aisy menolak, terpaksa Deva yang mengembalikannya sendiri.  Deva dan Fajar berbincang-bincang sebentar.  Akan tetapi, siapa yang tahu akan isi hati orang lain.  Di tempat lain, ada seorang gadis yang teriris hatinya, dia ingin menangis.  Entah apa yang ia rasakan kini melihat orang yang di sayang sedang berbicara dengan sahabatnya dan mengacuhkan dirinya.  Gadis itu adalah ‘Aisy, dia kini dibakar api cemburu.  Sungguh sangat sakit hatinya melihat itu.  Ketika Deva telah kembali, Deva melihat dengan jelas perubahan wajah sahabatnya yang tiba-tiba berubah.  Deva pun bingung ada apa dan kenapa dengan ‘Aisy.  Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
“ ‘Aisy sahabatku, kamu kenapa? Kok tiba-tiba sedih gitu? Kami tidak ada apa-apa lho. Beneran deh.  Tadi aku cuma mengembalikan kaset, setelah itu kembali lagi kesini.” Kata Deva mencoba menjelaskan pada ‘Aisy agar tidak terjadi kesalah pahaman.
“bukan itu kok masalahnya, jadi jangan bahas itu ya. Aku baik-baik aja kok. Udah fine aja lagi.” Kata ‘Aisy sambil tersenyum dan menyembunyikan sesuatu.
“aku gak percaya lah.  Cerita lh ‘Aisy sebenarnya kamu kenapa?” bujuk Deva.
“aku fine aja.  Kita mau kemana lagi ini?” ‘Aisy mencoba mengalihkan pembicaraan.
“serius gak apa-apa? Ya udah kita pulang.” Kata Deva.
Akan tetapi, sebenarnya itu senyum palsu yang diberikan ‘Aisy.  Bibir manisnya bisa berkata tidak ada yang perlu di permasalahkan, tapi hatinya tengah menangis ingin bisa bertemu Fajar dan berbicara dengannya.  ‘Aisy lebih memilih diam dan tersenyum atas kegalauan hatinya.
Dengan wajah tertunduk lesu dan hatinya yang gundah, ‘Aisy berjalan dengan langkah gontai.  Dia hanya bisa merenung, berfikir dan bertanya-tanya dalam hati, “ya Allah, mengapa rencana dan kenyataan sangat jauh berbeda? Aku sebenarnya sangat berharap bisa melihat wajah dan mendengar suaranya Fajar, aku hanya mau itu kawan, apa kalian mengerti?” Kini semua harapannya pupus sudah, ‘Aisy hanya bisa memandangi Fajar dari kejauhan.  Dengan berat hati,  ‘Aisy pun mengikuti jejak langkah kedua temannya yang telah lebih dahulu jalan meninggalkannya sendiri.
Sesampainya di tanah lapang, mereka berhenti sejenak.  Sabilah berkata,”eh semuanya, aku pulang duluan ya,aku mau pergi lagi dengan kakakku. Bye!”
“oh ya udah. Hati-hati. Bye!” jawab Deva.
Setelah Sabilah pergi, tinggal ‘Aisy dan Deva saling diam di situ.  Deva masih tidak tahu harus bagaimana agar ‘Aisy terhibur.
Deva dan ‘Aisy pun menyeberang jalan dan mau jalan-jalan lagi. Akan tetapi, mereka berhenti sejenak .  Mereka berdua saling diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.  Dalam diam, ‘Aisy berpikir dan berkata dengan dirinya sendiri,”hhmm... kasih tau gak ya sama Deva tentang masalahku yang buat aku tiba-tiba berubah gini? Huft,, yah sudah lah.” ‘Aisy pun mengetik sesuatu di hpnya lalu di kirim ke Deva.  Setelah mengirim pesan itu, ‘Aisy langsung mengalihkan pandangannya.  Saat pesan itu masuk di hp Deva, dia langsung membacanya.  Setelah selesai, dia pun berkata,”kamu benarkan ingin bicara dengan Fajar? Sekarang ikut aku.!!”  Deva langsung menarik tangan ‘Aisy dan mengajaknya menyeberang kembali.  ‘Aisy yang masih melamun itu langsung terkejut dan tidak tahu apa yang sedang direncanakan Deva, dia hanya bisa ikut saja.
“aku minta Fajar untuk datang kesini.” Deva memberitahu akan maksudnya menarik tangan ‘Aisy.  ‘Aisy sangat tidak menyangka kalau sahabatnya ini mengerti dan paham akan maksud pesan tersebut, walau dia tidak memberitahu secara jujur dan terang-terangan.
Sesampainya di tanah lapang, mereka berdua pun menunggu Fajar datang.  Dengan harap-harap cemas dan hati berbunga, ‘Aisy menunggu Fajar dengan sabar.
Tak berapa lama kemudian, orang yang ditunggu-tunggu pun datang jua. “itu Fajar, Dev.” Kata ‘Aisy pada Deva saat dia melihat kedatangan Fajar.  “hey Fajar! Sini!” deva memanggil Fajar.
Fajar pun berjalan menuju tempat dimana ‘Aisy dan Deva duduk menunggu dirinya.  Sesaat kemudian, Fajar telah ada disitu dan langsung duduk di samping ‘Aisy.  Deva pun tau diri, dia langsung pergi meninggalkan mereka berdua bicara. Setelah duduk, Fajar langsung melihat dan memandangi wajah manisnya ‘Aisy yang dibalut kerudung hitam itu.  Yang dipandang pura-pura tidak tahu dan cuek saja, asyik bermain dengan hpnya.  ‘Aisy pura-pura cuek, padahal hatinya berteriak senang,”ya Allah, nyatakah ini? Benarkah kini yang ada disampingku adalah Fajar? Orang sangat aku sayang dan aku cinta.”
Merasa kesal, Deva pun mengambil hp ‘Aisy. “eh ada apa ini?” ‘Aisy terkejut.
“udah bicara aja dulu kau sama Fajar, udah capek-capek dia jalan kesini.” Kata Deva.
Beberapa lama Fajar dan ‘Aisy saling berdiam diri, hanyut dalam pikiran masing-masing.  Tidak ada yang bisa buka pembicaraan.  Dengan memberanikan diri, akhirnya ‘Aisy bertanya pada Fajar,”bagaimana ujiannya?”
“ya gitu lah.” Jawab Fajar singkat.
“gitu susah atau mudah?”
“ya susah.”
“UAS ya?”
“iya.”
“setelah UAS, ujian apa lagi?”
“UAN.” Jawab Fajar dengan sangat singkat.
“oh UN? Kapan itu?”
“tanggal 16 mungkin.”
“bulan ini ya?”
“bulan April.”
“oh... UASnya berapa lama?”
“ya seminggu ini aja.”
“habis itu belajar seperti biasa lagi?”
“iya lah. Belajar seperti biasa, tryout, ya begitu aja.”
“oh.... setelah lulus ngapain?”
“yaa kerja lha.”
“oiyea,, yang di UN kan apa??”
“produktivitas, bahasa inggris, bahasa indonesia, sama matematika.”
kemudian diam lagi.
Beberapa menit kemudian, Fajar bertanya juga pada ‘Aisy,”liburnya berapa lama ‘Aisy?”
“sepuluh hari.  Tanggal 21 udah masuk.” Jawab ‘Aisy sambil tersenyum.
Dan mereka terdiam lagi untuk saat yang lama.
Kemudian, Deva datang dan bergabung. “ ‘Aisy, udah bicara tadikan sama Fajar?” tanya Deva pada ‘Aisy.
“belum.” Jawab ‘Aisy singkat. Maksudnya belum mau udahan bicaranya dengan Fajar.
“Fajar, udah bicara tadikan sama ‘Aisy?” Deva memberi pertanyaan yang sama pada Fajar.
“udah.” Jawab Fajar dengan sangat singkat dan pasti.
“oh udah yaa? Hehehe... sorry dech.” Kata ‘Aisy pada Deva.
“kalau udah, ayok lah pulang ‘Aisy!” Deva mengajak ‘Aisy untuk pulang.
“pulang ya? Aduh... aku masih capek lha.” Kata ‘Aisy menolak ajakan Deva.
“tapi aku udah haus ini.  Beli minum dulu yuk!”
“nanti lha,, sebentar lagi.”

Saat itu hari sudah sore, sekitar jam 3 sore, akan tetapi mereka belum juga beranjak untuk pulang.
Deva pun bertanya banyak pada Fajar tentang teman-temannya dan terjadilah perbincangan diantara mereka.  ‘Aisy hanya bisa diam mendengarkan pembicaraan mereka yang tidak tahu apa pokok permasalahan yang sedang mereka bicarakan.
Saat Deva dan Fajar sedang asyik ngobrol, ‘Aisy mempunyai rencana sendiri, yaitu mengambil foto Fajar secara diam-diam.  ‘Aisy mengambil posisi berdiri di depan Deva dan Fajar, lalu mencari cara bagaimana mengambil foto Fajar.  Dengan segala cara, akhirnya ‘Aisy bisa mendapatkan foto Fajar.  ‘Aisy pun sangat senang sekali karena foto orang yang sangat ia sayangi kini ada di hpnya.  Setelah itu, dia pun duduk kembali diantara sahabat dan pujaan hati.
Beberapa saat kemudian, Deva memutuskan untuk mengajak ‘Aisy pulang.  “ ‘Aisy, pulang yuk!! Udah sore ini.” Ajak Deva pada ‘Aisy. Dengan berat hati, ‘Aisy pun mengiyakan ajakan Deva, “oh ya udah,, ayok lha pulang.  Kami pulang ya Fajar. Assalamu’alaikum Fajar.” Kata ‘Aisy pada Fajar sambil beranjak pergi dan tersenyum padanya.
“iya,, hati-hati di jalan ya ‘Aisy dan Deva!! Wa’alaikumussalaam.” Jawab Fajar dan membalas senyumnya ‘Aisy.  Mereka bertiga pun berpisah dan pulang dengan jalan yang berbeda.
Kini ‘Aisy tidak sedih lagi, dia sudah bisa tersenyum bahagia, karena bisa ngobrol dan melihat wajah manisnya Fajar.  Dan yang paling menyenangkan dan mengesankan bagi ‘Aisy adalah bisa mendapatkan foto sang pujaan hati. Sebelum bayang-bayang tubuh Fajar menghilang,  ‘Aisy balik badan dan terus memandangi Fajar dari kejauhan hingga hilang dibalik pepohonan.
Akan tetapi, ‘Aisy dan Deva tidak langsung pulang.  Mereka pergi sebentar ke Salemba, ada sesuatu yang mereka cari.  Sekitar pukul 4 sore, barulah mereka pulang.
Malam harinya, ‘Aisy tidak bisa tidur. Dia terus terbayang akan kejadian siang tadi, saat dia bisa bicara dengan Fajar, saat Fajar menatap dirinya dan menatap ke dalam matanya, wajah dan senyumnya Fajar masih menari-nari di dalam pikirannya.  Semuanya sungguh indah dirasakan.  Hingga jam menunjukkan pukul 11:30 malam, ‘Aisy baru bisa memejamkan matanya dan berharap Fajar ada di dalam mimpinya malam ini.
Sungguh hari yang sangat menyenangkan bersama cowok yang sangat disayangi.  Berharap ini bukanlah pertemuan yang terakhir bersamanya..








Sebuah puisi rindu untuk orang yang sangat aku sayang:
Satu setengah jam yang sangat menyenangkan melewati siang hari bersama cowok idaman
Satu setengah jam yang sangat mengesankan
Dengan waktu satu setengah jam, telah membuat satu hari ini menjadi suatu kisah menarik yang dapat dikenang selamanya
Satu setengah jam yang sangat ditunggu-tunggu
Dengan waktu satu setengah jam, aku bisa melepaskan segala rinduku padamu
Satu setengah jam mungkin sudah cukup bagiku untuk memandang indah wajahnya
Pandangan matanya sungguh sangat mempesona hingga membuat hati dan diri ini untuk enggan pergi lagi
Tatapannya, senyumnya, tawa riangnya dan segala tingkahnya membuat hati ini selalu merindukanmu
Berada disampingnya sungguh sangat nyaman, membuat diri ini ingin selalu bersamanya
Aku berharap ini bukanlah pertemuan terakhir kita
Suatu saat nanti kita akan bertemu lagi dengan cerita yang lebih indah
Hal terindah dalam hidupku adalah bisa selalu berada di sisi orang yang aku sayang, menghabiskan waktu bersamanya, bercanda ria dengannya
Sungguh kebahagiaan yang tak dapat terganti oleh apa pun di dunia ini