Siang hari ini, ‘Aisy dan kedua temannya akan pergi
ke kota untuk mengisi hari libur. Di
suatu simpang, Deva dan Sabilah sudah lama sekali menunggu ‘Aisy datang. Tak lama kemudian, ‘Aisy pun akhirnya datang
juga dan tersenyum seolah-olah dia tidak punya salah dengan dua sahabatnya yang
dari tadi menunggu kedatangannya. ‘Aisy pun berkata, “hey semua,,, maaf ya aku
telat. Habis tadi angkotnya lama kali. Sorry yaaa.” Deva pun berkata, “iya
iya,, ya sudah let’s go,nunggu apa lagi?? Udah panas ini.”
Mereka
bertiga pun pergi dan turun di tanah lapang. ‘Aisy yang memang tidak tau apa
rencana Deva, dia pun bertanya, “Dev, kita mau kemana ini?”
“iya
ini Deva gak mau ngasih tau.” Sabilah menimpali.
“mau
mengembalikan kasetnya Fajar.” Jawab Deva santai.
“apa?? Fajar??” ‘Aisy terkejut mendengar
nama Fajar, dia tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan orang yang sangat
diharapkan. Karena Fajar adalah orang
yang sangat istimewa dalam hatinya. “ya udah, nunggu apa lagi?” sambung ‘Aisy
yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan pria idaman.
Dengan hati berbunga dan wajah ceria, ‘Aisy dan
kedua temannya pergi ke Timbung city. Perjalanan yang ditempuh dengan jalan
kaki dari tanah lapang ke Timbung city bisa dibilang cukup jauh. Akan tetapi, dengan hati yang penuh harap
semua itu tidak menjadi masalah bagi ‘Aisy.
Hal itu malah sangat menyenangkan dan pasti mengesankan.
Sesampainya di Timbung city......
“kita mau kemana lagi
ini?” tanya Sabilah.
“sabarlah sayang, aku
masih sms Fajar ini.” Jawab Deva. “dia lagi ada di dekat kolam masjid. Dimana
itu?” sambung Deva.
“hm kolam masjid ya? Ya
sudah lah kita cari, masih daerah sini aja kok.” Jawab ‘Aisy sambil berpikir.
Setibanya di dekat kolam, mereka berhenti. “sebentar
ya, aku cari dulu.” Kata Deva. Beberapa saat kemudian, “ ‘Aisy,Sabilah,,, gak
ada pun Fajarnya.” Sambung Deva.
Akan
tetapi, ‘Aisy tidak percaya dan dia mencari Fajar dengan penuh harap. Ternyata Fajar ada di jembatan kolam tersebut
sedang melihat ikan-ikan berenang. “itu
Fajar.!!” ‘Aisy memberitahu pada Deva dan Sabilah.
“kau lah ‘Aisy yang
mengembalikan kasetnya. Katanya kamu
ingin ngobrol-ngobrol sama dia.” Pinta Deva pada ‘Aisy.
“ah gak mau lah, lagi males
aku.” Tolak ‘Aisy.
Karena ‘Aisy menolak, terpaksa Deva yang
mengembalikannya sendiri. Deva dan Fajar
berbincang-bincang sebentar. Akan
tetapi, siapa yang tahu akan isi hati orang lain. Di tempat lain, ada seorang gadis yang
teriris hatinya, dia ingin menangis.
Entah apa yang ia rasakan kini melihat orang yang di sayang sedang
berbicara dengan sahabatnya dan mengacuhkan dirinya. Gadis itu adalah ‘Aisy, dia kini dibakar api
cemburu. Sungguh sangat sakit hatinya
melihat itu. Ketika Deva telah kembali,
Deva melihat dengan jelas perubahan wajah sahabatnya yang tiba-tiba
berubah. Deva pun bingung ada apa dan
kenapa dengan ‘Aisy. Dia benar-benar
tidak tahu harus berbuat apa.
“ ‘Aisy sahabatku, kamu
kenapa? Kok tiba-tiba sedih gitu? Kami tidak ada apa-apa lho. Beneran deh. Tadi aku cuma mengembalikan kaset, setelah
itu kembali lagi kesini.” Kata Deva mencoba menjelaskan pada ‘Aisy agar tidak
terjadi kesalah pahaman.
“bukan itu kok
masalahnya, jadi jangan bahas itu ya. Aku baik-baik aja kok. Udah fine aja lagi.”
Kata ‘Aisy sambil tersenyum dan menyembunyikan sesuatu.
“aku gak percaya
lah. Cerita lh ‘Aisy sebenarnya kamu
kenapa?” bujuk Deva.
“aku fine aja. Kita mau kemana lagi ini?” ‘Aisy mencoba
mengalihkan pembicaraan.
“serius gak apa-apa? Ya
udah kita pulang.” Kata Deva.
Akan tetapi, sebenarnya itu senyum palsu yang
diberikan ‘Aisy. Bibir manisnya bisa
berkata tidak ada yang perlu di permasalahkan, tapi hatinya tengah menangis
ingin bisa bertemu Fajar dan berbicara dengannya. ‘Aisy lebih memilih diam dan tersenyum atas
kegalauan hatinya.
Dengan wajah tertunduk lesu dan hatinya yang gundah,
‘Aisy berjalan dengan langkah gontai.
Dia hanya bisa merenung, berfikir dan bertanya-tanya dalam hati, “ya
Allah, mengapa rencana dan kenyataan sangat jauh berbeda? Aku sebenarnya sangat
berharap bisa melihat wajah dan mendengar suaranya Fajar, aku hanya mau itu
kawan, apa kalian mengerti?” Kini semua harapannya pupus sudah, ‘Aisy hanya
bisa memandangi Fajar dari kejauhan.
Dengan berat hati, ‘Aisy pun
mengikuti jejak langkah kedua temannya yang telah lebih dahulu jalan
meninggalkannya sendiri.
Sesampainya di tanah lapang, mereka berhenti
sejenak. Sabilah berkata,”eh semuanya,
aku pulang duluan ya,aku mau pergi lagi dengan kakakku. Bye!”
“oh
ya udah. Hati-hati. Bye!” jawab Deva.
Setelah
Sabilah pergi, tinggal ‘Aisy dan Deva saling diam di situ. Deva masih tidak tahu harus bagaimana agar
‘Aisy terhibur.
Deva dan ‘Aisy pun menyeberang jalan dan mau
jalan-jalan lagi. Akan tetapi, mereka berhenti sejenak . Mereka berdua saling diam, tenggelam dalam
pikiran masing-masing. Dalam diam, ‘Aisy
berpikir dan berkata dengan dirinya sendiri,”hhmm... kasih tau gak ya sama Deva
tentang masalahku yang buat aku tiba-tiba berubah gini? Huft,, yah sudah lah.”
‘Aisy pun mengetik sesuatu di hpnya lalu di kirim ke Deva. Setelah mengirim pesan itu, ‘Aisy langsung
mengalihkan pandangannya. Saat pesan itu
masuk di hp Deva, dia langsung membacanya.
Setelah selesai, dia pun berkata,”kamu benarkan ingin bicara dengan
Fajar? Sekarang ikut aku.!!” Deva
langsung menarik tangan ‘Aisy dan mengajaknya menyeberang kembali. ‘Aisy yang masih melamun itu langsung
terkejut dan tidak tahu apa yang sedang direncanakan Deva, dia hanya bisa ikut
saja.
“aku
minta Fajar untuk datang kesini.” Deva memberitahu akan maksudnya menarik
tangan ‘Aisy. ‘Aisy sangat tidak
menyangka kalau sahabatnya ini mengerti dan paham akan maksud pesan tersebut,
walau dia tidak memberitahu secara jujur dan terang-terangan.
Sesampainya di tanah lapang, mereka berdua pun
menunggu Fajar datang. Dengan
harap-harap cemas dan hati berbunga, ‘Aisy menunggu Fajar dengan sabar.
Tak berapa lama kemudian, orang yang ditunggu-tunggu
pun datang jua. “itu Fajar, Dev.” Kata ‘Aisy pada Deva saat dia melihat
kedatangan Fajar. “hey Fajar! Sini!”
deva memanggil Fajar.
Fajar
pun berjalan menuju tempat dimana ‘Aisy dan Deva duduk menunggu dirinya. Sesaat kemudian, Fajar telah ada disitu dan
langsung duduk di samping ‘Aisy. Deva
pun tau diri, dia langsung pergi meninggalkan mereka berdua bicara. Setelah
duduk, Fajar langsung melihat dan memandangi wajah manisnya ‘Aisy yang dibalut
kerudung hitam itu. Yang dipandang
pura-pura tidak tahu dan cuek saja, asyik bermain dengan hpnya. ‘Aisy pura-pura cuek, padahal hatinya
berteriak senang,”ya Allah, nyatakah ini? Benarkah kini yang ada disampingku
adalah Fajar? Orang sangat aku sayang dan aku cinta.”
Merasa kesal, Deva pun mengambil hp ‘Aisy. “eh ada
apa ini?” ‘Aisy terkejut.
“udah
bicara aja dulu kau sama Fajar, udah capek-capek dia jalan kesini.” Kata Deva.
Beberapa lama Fajar dan ‘Aisy saling berdiam diri,
hanyut dalam pikiran masing-masing.
Tidak ada yang bisa buka pembicaraan.
Dengan memberanikan diri, akhirnya ‘Aisy bertanya pada Fajar,”bagaimana
ujiannya?”
“ya
gitu lah.” Jawab Fajar singkat.
“gitu
susah atau mudah?”
“ya
susah.”
“UAS
ya?”
“iya.”
“setelah
UAS, ujian apa lagi?”
“UAN.”
Jawab Fajar dengan sangat singkat.
“oh
UN? Kapan itu?”
“tanggal
16 mungkin.”
“bulan
ini ya?”
“bulan
April.”
“oh...
UASnya berapa lama?”
“ya
seminggu ini aja.”
“habis
itu belajar seperti biasa lagi?”
“iya
lah. Belajar seperti biasa, tryout, ya begitu aja.”
“oh....
setelah lulus ngapain?”
“yaa
kerja lha.”
“oiyea,,
yang di UN kan apa??”
“produktivitas,
bahasa inggris, bahasa indonesia, sama matematika.”
kemudian
diam lagi.
Beberapa menit kemudian, Fajar bertanya juga pada
‘Aisy,”liburnya berapa lama ‘Aisy?”
“sepuluh
hari. Tanggal 21 udah masuk.” Jawab
‘Aisy sambil tersenyum.
Dan mereka terdiam lagi untuk saat yang lama.
Kemudian,
Deva datang dan bergabung. “ ‘Aisy, udah bicara tadikan sama Fajar?” tanya Deva
pada ‘Aisy.
“belum.” Jawab ‘Aisy singkat. Maksudnya belum mau
udahan bicaranya dengan Fajar.
“Fajar, udah bicara tadikan sama ‘Aisy?” Deva
memberi pertanyaan yang sama pada Fajar.
“udah.” Jawab Fajar dengan sangat singkat dan pasti.
“oh udah yaa? Hehehe... sorry dech.” Kata ‘Aisy pada
Deva.
“kalau udah, ayok lah pulang ‘Aisy!” Deva mengajak
‘Aisy untuk pulang.
“pulang ya? Aduh... aku masih capek lha.” Kata ‘Aisy
menolak ajakan Deva.
“tapi aku udah haus ini. Beli minum dulu yuk!”
“nanti lha,, sebentar lagi.”
Saat itu hari sudah sore, sekitar jam 3 sore, akan
tetapi mereka belum juga beranjak untuk pulang.
Deva pun bertanya banyak pada Fajar tentang
teman-temannya dan terjadilah perbincangan diantara mereka. ‘Aisy hanya bisa diam mendengarkan
pembicaraan mereka yang tidak tahu apa pokok permasalahan yang sedang mereka
bicarakan.
Saat
Deva dan Fajar sedang asyik ngobrol, ‘Aisy mempunyai rencana sendiri, yaitu
mengambil foto Fajar secara diam-diam.
‘Aisy mengambil posisi berdiri di depan Deva dan Fajar, lalu mencari cara
bagaimana mengambil foto Fajar. Dengan
segala cara, akhirnya ‘Aisy bisa mendapatkan foto Fajar. ‘Aisy pun sangat senang sekali karena foto
orang yang sangat ia sayangi kini ada di hpnya.
Setelah itu, dia pun duduk kembali diantara sahabat dan pujaan hati.
Beberapa saat kemudian, Deva memutuskan untuk
mengajak ‘Aisy pulang. “ ‘Aisy, pulang
yuk!! Udah sore ini.” Ajak Deva pada ‘Aisy. Dengan berat hati, ‘Aisy pun
mengiyakan ajakan Deva, “oh ya udah,, ayok lha pulang. Kami pulang ya Fajar. Assalamu’alaikum
Fajar.” Kata ‘Aisy pada Fajar sambil beranjak pergi dan tersenyum padanya.
“iya,,
hati-hati di jalan ya ‘Aisy dan Deva!! Wa’alaikumussalaam.” Jawab Fajar dan
membalas senyumnya ‘Aisy. Mereka bertiga
pun berpisah dan pulang dengan jalan yang berbeda.
Kini ‘Aisy tidak sedih lagi, dia sudah bisa
tersenyum bahagia, karena bisa ngobrol dan melihat wajah manisnya Fajar. Dan yang paling menyenangkan dan mengesankan
bagi ‘Aisy adalah bisa mendapatkan foto sang pujaan hati. Sebelum bayang-bayang
tubuh Fajar menghilang, ‘Aisy balik
badan dan terus memandangi Fajar dari kejauhan hingga hilang dibalik pepohonan.
Akan tetapi, ‘Aisy dan Deva tidak langsung
pulang. Mereka pergi sebentar ke
Salemba, ada sesuatu yang mereka cari.
Sekitar pukul 4 sore, barulah mereka pulang.
Malam harinya, ‘Aisy tidak bisa tidur. Dia terus
terbayang akan kejadian siang tadi, saat dia bisa bicara dengan Fajar, saat
Fajar menatap dirinya dan menatap ke dalam matanya, wajah dan senyumnya Fajar
masih menari-nari di dalam pikirannya.
Semuanya sungguh indah dirasakan.
Hingga jam menunjukkan pukul 11:30 malam, ‘Aisy baru bisa memejamkan
matanya dan berharap Fajar ada di dalam mimpinya malam ini.
Sungguh
hari yang sangat menyenangkan bersama cowok yang sangat disayangi. Berharap ini bukanlah pertemuan yang terakhir
bersamanya..
Sebuah puisi rindu untuk orang yang
sangat aku sayang:
Satu setengah jam yang sangat
menyenangkan melewati siang hari bersama cowok idaman
Satu setengah jam yang sangat
mengesankan
Dengan waktu satu setengah jam, telah
membuat satu hari ini menjadi suatu kisah menarik yang dapat dikenang selamanya
Satu setengah jam yang sangat
ditunggu-tunggu
Dengan waktu satu setengah jam, aku
bisa melepaskan segala rinduku padamu
Satu setengah jam mungkin sudah cukup
bagiku untuk memandang indah wajahnya
Pandangan matanya sungguh sangat
mempesona hingga membuat hati dan diri ini untuk enggan pergi lagi
Tatapannya, senyumnya, tawa riangnya
dan segala tingkahnya membuat hati ini selalu merindukanmu
Berada disampingnya sungguh sangat
nyaman, membuat diri ini ingin selalu bersamanya
Aku berharap ini bukanlah pertemuan
terakhir kita
Suatu saat nanti kita akan bertemu
lagi dengan cerita yang lebih indah
Hal terindah dalam hidupku adalah bisa
selalu berada di sisi orang yang aku sayang, menghabiskan waktu bersamanya,
bercanda ria dengannya
Sungguh kebahagiaan yang tak dapat
terganti oleh apa pun di dunia ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar